Di sampingStasiun Gondangdia, ada satu tempat makan gudeg Yogya yang terkenal. Mampir lah keGudegBu Tinah. Gudeg ini awalnya berada di sekitar Pasar Boplo dekat stasiun sekitar tahun 1970 an.
Namun, kini pasar itu hanya tinggal kenangan. GudegBu Tinah pindah berjualan di dalam stasiun. KemudianGudegBu Tinah pindah lagi dan kini berjualan di Jalan Srikaya II, seberang Stasiun bersama dengan pedagang jajanan lain.
Tempat makan yang berderet itu mirip seperti pujasera meski terlihat agak kumuh. Mengenyangkan perut dengan nasi gudeg di saat makan siang rasanya pas dan nikmat. Satu porsi gudeg yang saya pesan terdiri dari krecek, gudeg, kuah areh, telur bulat, dan ayam opor.
Memang kekhasan gudeg ialah rasa yang sangat manis. Namun, Bu Tinah mengolah gudeg tidak terlalu manis. Telur bulatnya diolah sampai menjadi 'gempi'. Menurut Dina, telur yang gempi berarti bumbunya benar benar meresap sehingga warnanya berubah kecoklatan. Untuk ayam opor,GudegBu Tinah menggunakan ayam negeri.
Banyak pengguna kereta yang membeli gudeg Bu Tinah setelah turun dari stasiun. Biasanya, mereka merupakan pekerja kantoran di sekitar kawasanJakarta Pusat. Warga sekitar pun juga sering membeli gudegnya. Selama pandemi, pembeli lebih sering meminta untuk dibungkus ketimbang makan di tempat. Gudeg Bu Tinah juga melayani layanan pesan antar daring.
Perkantoran di kawasanMentengdan Gambir sering memesan gudegnya. Saat saya bersantap di tempat, area meja makan masih terpapar sinar matahari langsung sehingga terasa cukup panas. Hal itu bisa dimaklumi karena pemasangan tenda di area meja makan tidak diizinkan pihak pengelola lantaran bisa terlihat kumuh.
Namun, perut sudah bernyanyi sehingga lebih baik diselesaikan dengan makan di tempat. Dan, rasanya tidak mengecewakan.