Dengan ditiadakannya kegiatan belajar mengajar di berbagai institusi pendidikan untuk menahan penyebaran virus corona, para pengajar pun mulai mengadopsi platform digital, termasuk ruang kelas virtual ataupun platform lainnya. Kementerian Pendidikan dan Kebudaayaan Republik Indonesia sudah menyatakan bahwa transformasi digital di dunia pendidikan ini sudah menjadi suatu keniscayaan, dan akan terus berlangsung bahkan setelah pandemi berakhir. Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk membantu dunia pendidikan mengakselerasi literasi digital, termasuk dengan membagikan kuota internet, pelatihan guru, dan masih banyak lagi. Perubahan ini tentunya menuntut penyesuaian dari para pengajar. Dengan 71,48% siswanya berasal dari Generasi Z (5 24 tahun) dan 53,06% diantaranya merupakan pengguna internet aktif, berdasarkan Data Statistik Bidang Pendidikan Indonesia 2018/2019, para praktisi pendidikan tentunya perlu mendalami hal baru dan menerapkan cara pembelajaran virtual yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi Generasi Z ini.

Ciri khas Generasi Z adalah sangat visual. Laporan dari Hootsuite on Digital Report Indonesia 2020 menunjukkan bahwa 99% pengguna internet Indonesia yang sebagian besar adalah Gen Z menonton video online dan 83% streaming video . Perilaku inilah yang dimanfaatkan berbagai tenaga pengajar, baik pengajar sekolah maupun institusi lainnya, untuk mengkomunikasikan materi pengajaran kepada generasi muda. Setelah memahami potensi gap dan kebiasaan belajar siswa di atas, penggunaan video dalam kegiatan belajar dapat menjadi cara yang efisien karena kita 'berbicara' dalam bahasa mereka. Meningkatkan kemampuannya melalui fitur fitur seperti konektivitas nirkabel, akses jarak jauh, dan inter aktivitas, teknologi video telah menjadi bagian mendasar dari pendidikan modern, termasuk pembelajaran yang aktif dan kolaboratif. Dengan kemajuan teknologi dan inovasi, terlihat bagaimana pihak publik dan swasta di sektor pendidikan benar benar merangkul konsep 'belajar di mana saja, kapan saja' dari pendidikan digital dalam berbagai format. Dari tutor online hingga platform distribusi video, mereka mulai melihat konten berbasis pendidikan. Pembelajaran kelas tatap muka tradisional akan dilengkapi dengan modalitas belajar baru dari siaran langsung hingga 'pemberi pengaruh pendidikan' hingga pengalaman realitas virtual.

Belajar bisa menjadi kebiasaan yang diintegrasikan ke dalam rutinitas sehari hari gaya hidup sejati. TikTok, aplikasi video singkat, mulai mempromosikan dan mendorong jenis konten ini, di mana para profesional pendidikan dapat membuat video pendek untuk berbagi pengetahuan dan tips sederhana dengan cara yang menyenangkan. TikTok bahkan meluncurkan program edukasi #SamaSamaBelajar yang menawarkan berbagai macam video berbasis edukasi dan kemampuan, mulai dari tips berbahasa Korea, ulasan komputer, hingga rumus Matematika. Tagar ini telah dilihat lebih dari 30 miliar kali dan menjadi salah satu konten utama di TikTok. Pengguna TikTok juga ditantang untuk mengunggah konten berbasis edukasi dan pengetahuan ini dengan mengikuti berbagai kompetisi yang diselenggarakan TikTok. Yang terbaru adalah kompetisi #TikTokPintar, dimana pengguna diajak untuk mengunggah video singkat bertemakan tips dengan berbagai topik, mulai dari pengetahuan umum, bisnis, motivasi, DIY, ataupun teknologi.

Dengan mengikuti kompetisi yang berlangsung sejak 5 Oktober hingga 28 Oktober ini, peserta berkesempatan untuk meraih total hadiah senilai Rp400 juta. Angga Anugrah Putra, Head of User and Content Operations, TikTok Indonesia mengatakan, "Semakin banyak pengguna yang menyukai konten edukasi, terlihat dari perkembangan konten ini sejak kami meluncurkan program #SamaSamaBelajar sejak Mei lalu. Kami ingin mendorong pengguna untuk mengunggah konten yang semakin beragam, dan kompetisi ini merupakan cara kami untuk mewujudkan hal tersebut." Pandemi COVID 19 juga memiliki dampak psikologis pada generasi muda, yang dapat mempengaruhi minat belajarnya. Praktisi pendidikan pun mulai mencari cara untuk tetap terhubung dengan mereka melalui media yang saat ini banyak mereka gunakan dan dapat menghibur mereka. Menggunakan aplikasi yang memungkinkan kolaborasi dengan mereka dan mengikuti tren relatif saat ini, seperti TikTok, mungkin benar benar menciptakan semacam 'kepercayaan' dan 'ikatan' yang mendidik. Hal ini dilakukan oleh Ira Mirawati, seorang dosen di Universitas Padjajaran, yang menggunakan akun TikTok nya sebagai layanan curhat untuk anak muda, dan juga memberikan tips seputar perkuliahan.

Hingga kini, belum ada kepastian kapan Pembelajaran Jarak Jauh akan berakhir, sehingga inovasi dan eksplorasi yang dilakukan selama beberapa bulan terakhir dalam pembelajaran online perlu tetap ada. Pembelajaran akan menjadi sebuah keberlanjutan, dan teknologi akan memungkinkan kita untuk mengaksesnya dengan cara yang lebih fleksibel, tidak terbatas, dan bahkan lebih menyenangkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.