Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar menyatakan, pihaknya menempuh strategi pertumbuhan bisnis yang konservatif dengan tetap penerapan prinsip kehati hatian dan analisis sektor yang cermat dalam penyaluran kredit dengan pencapaian rasio kredit bermasalah (NPL) 3,28 persen. "Untuk mengantisipasi potensi ketidakpastian ekonomi ke depan, kami juga membangun pencadangan untuk memastikan terjaganya kualitas aset. Per Juni 2020, rasio coverage CKPN konsolidasi kami berada di kisaran 195,5 persen," ungkap Royke, Rabu (19/8/2020). Meski meningkatkan pencadangan, Royke menyatakan likuiditas perseroan masih aman dan dapat mendukung skenario ekspansi perseroan.
Hal ini didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) konsolidasi yang mencapai 15,82 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 976,6 triliun, dimana komposisi dana murah mencapai 61,9 persen. Dengan berbagai strategi bisnis tersebut, Mandiri bersyukur karena mampu menjaga kinerja perseroan dengan pencapaian aset konsolidasi yang sebesar Rp 1.359,4 triliun atau meningkat 10,02 persen yoy dan membukukan laba bersih konsolidasi triwulan II 2020 sebesar Rp 10,3 triliun. "Kita sama sama berharap bahwa berbagai kebijakan pemerintah yang didukung oleh berbagai elemen bangsa, termasuk industri keuangan, akan dapat menggeliatkan kembali perekonomian domestik," terang Royke.